SUARAKARSA – Sejumlah korban tragedi gas air mata di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022 silam masih harus menyimpan rasa sakit yang mendalam. Bahkan banyak yang matanya masih memerah akibat gas air mata yang dilepaskan pihak kepolisian dalam tragedi memilukan dalam sejarah sepakbola tanah air itu.
Dilansir dari media VIVA.co.id, salah satu korban yang mengalami pendarahan pada bagian mata adalah Kevia Naswa Ainurrohma (18 tahun) warga New Puri Kartika Asri, Kota Malang. Mahasiswa Universitas Widyagama mengalami mata merah pada bagian kanan dan kiri sejak tragedi itu berlangsung sampai saat ini.
“Saya periksakan ke poli mata. Kata dokter ada pendarahan akibat gas air mata dan benturan,” kata Kevia, Selasa, 11 Oktober 2022.
Kevia menuturkan, bahwa saat itu dia nonton Arema FC di tribun 14, saat itu dia tidak segera keluar stadion karena pintu 14 masih penuh. Tetapi kerusuhan terjadi di Kanjuruhan, tembakan gas air mata terus dilakukan ke arah tribun 12 dan 13. Akan tetapi, angin gas air mata mengarah pada tribun 14.
“Gas air mata ditembakan ke tribun 12 dan 13 otomatis anginnya ke tribun 14. Sangat dekat karena saya ada di tribun 14 yang dekat dengan tribun 13,” ujar Kevia.
Setelah kondisi tidak terkendali dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari stadion. Suporter yang panik berdesak-desakan. Dia bahkan terjatuh dari tangga pintu 13 ke bawah. Kevia akhirnya bisa dikeluarkan oleh Aremania lainnya dengan cara ditarik untuk menghindari terinjak-injak hingga kakinya robek terkena besi pagar stadion.
“Perih di mata dan sesak. Kondisi menuju pintu keluar itu crowded saya sampai terjatuh dan akhirnya terpisah dengan teman saya. Tapi saya beruntung dibantu Aremania lainnya, ditarik keluar supaya saya tidak terjepit dan terinjak-injak,” tutur Kevia.
Setelah itu dia dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, Kepanjen. Disana dia tidak mendapatkan perawatan, dia hanya diberi oksigen setelah kondisinya membaik dia langsung diantar oleh 4 Aremania untuk pulang ke rumahnya.
Tak hanya Kevia, selain dia, ada juga korban tragedi Kanjuruhan bernama Raffi Atha Dziaulhamdi (14 tahun), Dokter mendiagnosis dirinya mengalami iritasi akibat gas air mata.
Dia terkena asap tebal dari gas air mata yang jatuh tak sampai 2 meter dari posisinya di tribun 10. Akibatnya, dia sempat pingsan selama 2 jam karena tak mampu menahan perihnya asap gas air mata yang menyelimutinya selama sekitar 15 menit.
“Saya berada di kepulan asap gas air mata itu, saya sempat pingsan 2 jam karena dada sesak dan mata bagian dalam rasanya sakit. Saya dibawa ke RS Teja, tapi tidak mendapat pertolongan, hanya digeletakin aja. Ini mata saya merah sejak saat itu, jadi setelah sadar dari pingsan udah seperti ini. Sekarang udah normal tapi mata saya putihnya jadi merah,” kata Raffi. (**)