Oleh : Nizar Fachry Adam
Suarakarsa.com – Nizar Fachry Adam, pengamat ekonomi keuangan negara dan daerah menilai kenaikan dolar AS di angka Rp. 16,000 membuat tekanan ekonomi Indonesia dalam segala lini terkena dampak.
Ditambah lagi, kenaikan harga minyak dunia yang tembus angka 88,38 $/barel, dua indikator ini membuat ekonomi Indonesia mengalami dampak yang cukup signifikan.
Akar permasalahan, yakni pertama konsumsi minyak mentah Indonesia yang mencapai 1.6/barel – hari, sedangkan kapasitas produksi minyak mentah Indonesia yang mengalami penurunan di angka 560.000 /barel – hari. Sedangkan kebutuhan dan sisanya Indonesia harus melakukan impor minyak mentah dari luar yang kebutuhannya kurang lebih 1 barel-hari.
Kenaikan dolar $ As memaksa kita mengunakan tambahan dana cadangan untuk mencukupi minyak dalam negeri dan untuk menjaga keberlangsungan motor gerak industri dalam negeri.
Dimana yang sebelumnya kebutuhan anggaran 1.9 triliun /hari maka kenaikan dolar kita membutuhkan 2.1 triliun/ hari, sehingga konsumsi minyak naik menjadi 300 miliar/hari atau di tambah 450 triliun/ setahun.
Sehingga, apabila kondisi ini terus berlangsung maka ada beberapa proyek dalam negeri yang akan mengalami keterlambatan pembangunan bahkan tidak lagi menjadi sentrum pembangunan. Karena sejumlah dana talangan kita dipindahkan untuk menopang kebutuhan minyak dalam negeri.
Dari hal itu pemerintah perlu mengambil langkah, pertama melakukan penghematan pengeluaran pemerintah di tahun 2023-2024 dengan melakukan pengurangan pada subsidi minyak dalam negeri.
Penghematan, penggunaan BBM dalam negeri, terutama BUMN terutama PLN atau pembangkit listrik tenaga diesel, dan sejumlah pengunaan motor penggerak dengan konsumsi minyak.
Penghematan juga ini, perlu dengan tidak melakukan suntikan dana segar ke sejumlah BUMN yang mengalami penurunan performa dalam negeri.
Kedua kebijakan meningkatkan produksi minyak dalam negeri, yang harusnya dapat mencapai angka 769.000 barel/hari, untuk mencegah import dari luar terkait minyak sehingga kebutuhan dalam negeri dapat di siptitusi pengunaan dalam negeri.
Akselerasi, pengunaan produk motor listri di percepat dalam negeri, dan infrastruktur pengunaan motor batrey dalam negeri., untuk menekan pengunaan minyak mentah dalam negeri.
Kebijakan moneter yang di tempuh, yakni melakukan peningkatan suku bunga tabungan Bank Indonesia (BI) untuk menarik sejumlah cadangan devisa dalam negeri.
Dengan hal itu, kebutuhan akan minyak dunia kita tidak perlu bergantung lagi dengan kenaikan dua indikator torbolensi ekonomi dunia.