Pertanian Ladang Cuan, Petani Millenial asal Bone Sukses Kembangkan Klaster Usaha Tanaman Hias

Hias
Andi Aswan (25 tahun), Pemuda Desa asal Tanete, Kabupaten Bone yang sukses dalam bisnis tanaman hias. (Sumber: Humas Polbangtan)

BONE – Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), telah melakukan berbagai program guna menstimulasi generasi muda Indonesia untuk mau terjun dan berusaha di sektor pertanian.

Salah satu program unggulan yang diluncurkan oleh BPPSDMP Kementan, adalah Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS). Melalui program YESS, BPPSDMP telah melakukan berbagai pendampingan dan fasilitasi bahkan permodalan guna tercapainya upaya regenerasi petani milenial.

Bacaan Lainnya

Menurut Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, YESS bertujuan untuk mewujudkan regenerasi pertanian, meningkatnya kompetensi SDM dari pedesaan, serta meningkatnya jumlah wirausaha muda di bidang pertanian.

“Program YESS sangat mendukung pengembangan SDM pertanian, dengan memberdayakan para pemuda tani untuk memanfaatkan sumberdaya alam pertanian di pedesaan, secara optimal, profesional, menguntungkan dan berkelanjutan”. sebut Dedi.

Dedi menambahkan, program yang merupakan hasil kerja sama dengan International Fund for Agricultural Development [IFAD], YESS merupakan implementasi dari kesungguhan Kementan dalam regenerasi petani serta melahirkan wirausaha milenial dari sektor pertanian.

Salah satu pemuda Desa asal Tanete, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Andi Aswan (25 tahun) telah merasakan manfaat intervensi program YESS Kementan.

Pemuda yang menyukai tanaman hias tersebut memanfaatkan hobinya menjadi lahan bisnis. Bahkan usahanya tersebut telah ia lakukan mulai duduk di bangku kuliah.

“Sejak kuliah saya suka Jualan tanaman hias di kampus dan sekolah. Saya tidak malu, bahkan selalu bersemangat sebab dengan usaha kecil tersebut, bisa menghasilkan rupiah” kenang Aswan.

Andi Aswan bercerita bagaimana awal mula ia bisnis tanaman hias, dengan omset awal hanya 500 ribu perbulan. Tanaman hiasnya dipasarkan hanya di sekitar Kabupaten Bone saja.

Namun setelah mengikuti program yess dalam bentuk pendampingan, pelatihan dan permodalan, usahanya semakin berkembang hingga menghasilkan omzet 80 juta pertahun. Produk tanaman hiasnya pun sudah dipasarkan ke berbagai daerah.

“Program YESS Sangat mempengaruhi usaha saya, omzet sebelum menerima bantuan YESS hanya Rp.500.000 per bulan dan itupun pemasaran hanya di sekitar desa atau di kota Watampone. Alhamdulillah tahun 2021 setelah menerima bantuan dari YESS omset saya meningkat hingga Rp80.000.000/tahun dan pemasaran nya sudah secara nasional” ujar Aswan.

“Alhamdulillah usaha mulai menjadi lebih besar, lebih dikenal, sampai-sampai menjadi perbincangan tetangga karena masuk TV, bahkan ribut di pasar karena ada anak yang sebelumnya tidak ada apa-apanya bisa masuk tv karena jualan tanaman dan menjadi salah satu inspirasi bagi teman-teman yang lain” kisah Aswan.

Ada lebih dari seratus jenis tanaman hias yang dibudidayakan saat ini di desa Tanete Kecamatan Cina Kabupaten Bone. Harganya pun beragam, mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta per item. Beberapa produk andalannya seperti; Homalomena sp. Varigata; Schismatoglottis sp. Varigata; Anthurium hybrid; Scindapsus variegata; dan Monstera sp.

Adapun pemasarannya selain secara offline, ia juga dilakukan secara online dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial yang ia miliki.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang besar ia telah memberdayakan pemuda sekitar dengan menginisiasi pembentukan Klaster tanaman hias. Saat ini klasternya telah beranggotakan 10 orang dengan latar belakang yang berbeda.

Kedepannya ia memiliki target untuk memperluas lagi lahan usahanya agar dapat meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan pasar baik nasional bahkan internasional.

Tidak hanya mengejar target keuntungan, Andi Aswan ternyata tidak kikir untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Saat dikunjungi tim penulis terlihat beberapa siswi salah satu Sekolah Menengah Atas sementara melakukan magang di lokasinya. Ia bercerita bahwa bukan hanya anak SMA bahkan mahasiswa juga banyak yang telah melakukan magang di tempatnya.