suarakarsa.com – Selama sepuluh tahun memimpin Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meninggalkan berbagai warisan penting yang berdampak besar bagi kemajuan bangsa. Salah satu bentuk nyata dari warisan tersebut adalah pembangunan infrastruktur yang masif dari Sabang hingga Merauke. Jokowi memfokuskan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas, membuka lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya infrastruktur, Jokowi juga mewariskan kebijakan hilirisasi, yang bertujuan untuk mengoptimalkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. Berikut beberapa warisan besar Jokowi selama 10 tahun memimpin Indonesia.
1. Pembangunan Jalan Tol
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat panjang jalan tol di Indonesia mencapai 2.893,02 km hingga Juni 2024, dengan mayoritas jalan tol dibangun di era kepemimpinan Jokowi. Sejak dilantik pada 2014, pembangunan jalan tol meningkat pesat, mencapai 2.103,2 km.
Jokowi kerap membanggakan proyek tol ini, terutama dalam mempercepat konektivitas wilayah yang berperan penting sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi Indonesia. Proyek jalan tol utama yang dibangun di era Jokowi mencakup:
- Tol Trans Sumatera: Medan-Binjai (16,8 km), Pekanbaru-Dumai (131 km), Palembang-Indralaya (22 km), Terbanggi Besar-Kayu Agung (189 km), dan Bakauheni-Terbanggi Besar (140 km).
- Tol Trans Jawa: Pejagan-Pemalang (57,5 km), Batang-Semarang (75 km), dan Solo-Ngawi (90 km).
- Tol Trans Kalimantan: Samarinda-Balikpapan (99,35 km).
- Tol Trans Sulawesi: Manado-Bitung (39 km).
2. Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh)
Pada 2 Oktober 2023, Jokowi meresmikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang diberi nama Whoosh. Dengan kecepatan 360 km/jam, Whoosh menjadi kereta tercepat di Asia Tenggara. Jokowi menganggap kereta cepat ini sebagai simbol kemajuan transportasi publik di Indonesia, meski pembangunan proyek sempat tertunda akibat pandemi dan pembengkakan biaya.
3. Hilirisasi
Kebijakan hilirisasi menjadi salah satu warisan Presiden Joko Widodo yang paling berdampak. Melalui hilirisasi, Jokowi melarang ekspor bahan mentah seperti nikel, bauksit, dan tembaga agar Indonesia dapat mengembangkan industri bernilai tambah. Kebijakan ini sukses membuka lebih dari 200 ribu lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara hingga Rp158 triliun dalam 8 tahun.
Jokowi menegaskan bahwa hilirisasi membawa manfaat besar bagi negara, termasuk pajak perusahaan, pajak karyawan, dan pendapatan negara lainnya. Nilai ekspor nikel, misalnya, melonjak menjadi Rp520 triliun pada 2023 dari hanya Rp45 triliun pada 2015.
4. Dukungan pada Hilirisasi di Masa Depan
Jokowi memastikan presiden terpilih, Prabowo Subianto, akan melanjutkan kebijakan hilirisasi, bahkan meluaskannya ke sektor nonminerba seperti pertanian, perkebunan, dan kelautan. Ia menyebut Prabowo akan melanjutkan fondasi yang telah dibangun untuk memperkuat perekonomian Indonesia.
Dengan berbagai kebijakan strategis yang diterapkan, Jokowi telah memberikan fondasi kuat bagi Indonesia menuju negara maju, khususnya melalui pembangunan infrastruktur dan hilirisasi yang membuka jalan bagi perkembangan ekonomi dan lapangan kerja di masa depan.