suarakarsa.com — Pembangunan jembatan bailey dilakukan di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor, tepatnya di Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Jembatan ini dibangun untuk memulihkan akses transportasi masyarakat yang terputus akibat bencana.
Kepala Penerangan Kodam I Bukit Barisan, Kolonel Asrul Kurniawan Harahap, mengatakan pembangunan jembatan tersebut dikerjakan oleh Satuan Tugas Yonzipur I/DD bersama PT Nindya Karya. Pembangunan ini merupakan tindak lanjut dari penanganan darurat infrastruktur pascabencana.
“Pembangunan jembatan ini dilakukan sebagai bagian dari penanganan infrastruktur pascabencana guna memulihkan akses transportasi masyarakat yang terdampak,” ujar Asrul dalam keterangan resmi yang diterima, Sabtu (27/12/2025).
Asrul menjelaskan, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) atau Dinas Pekerjaan Umum menunjuk PT Nindya Karya sebagai vendor pelaksana pembangunan jembatan bailey tersebut. Pekerjaan pembangunan telah dimulai sejak Kamis (18/12/2025).
Jembatan bailey yang dibangun memiliki panjang bentangan 40 meter, lebar 3,75 meter, dan mampu menahan beban hingga 30 ton. Proses pemasangan dilakukan secara bertahap sesuai tahapan teknis yang telah direncanakan.
“Pada tahap awal, kegiatan difokuskan pada penyiapan material abutmen di sisi tepi sungai serta perakitan kawat mal bronjong sebagai penguatan konstruksi,” jelas Asrul.
Meski sempat terkendala cuaca hujan, proses pembangunan tetap berjalan dan menunjukkan perkembangan signifikan. Hingga Jumat (26/12/2025), progres pemasangan jembatan bailey telah mencapai sekitar 60 persen.
Asrul berharap percepatan pembangunan jembatan ini dapat segera memulihkan konektivitas wilayah serta mendukung kembali aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
Sebagaimana diketahui, banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan pada Senin (24/11/2025) lalu menimbulkan dampak besar. Selain merusak infrastruktur, termasuk fasilitas air bersih, bencana tersebut juga mengakibatkan banyak korban jiwa.
Tercatat sebanyak 88 orang meninggal dunia, 30 orang dinyatakan hilang, dan 160 orang mengalami luka-luka. Saat ini, pemulihan fasilitas publik, khususnya akses air bersih dan transportasi, menjadi prioritas utama guna mencegah timbulnya penyakit di kalangan penyintas bencana.


Tinggalkan Balasan