JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) beserta jajarannya terus menggencarkan program-program utamanya untuk menghadapi fenomena El Nino. Diantaranya melalui pelatihan-pelatihan untuk petani dan penyuluh yang diinisiasi oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam arahannya meminta pelatihan-pelatihan dapat dilakukan serentak di seluruh Indonesia serta membentuk gugus tugas El Nino dan melakukan mitigasi adaptasi.

“Pelatihan-pelatihan petani dan PPL ini harus terorganisir dengan baik sehingga seluruh insan pertanian memiliki kemampuan mengantisipasi berbagai tantangan yang muncul akibat El Nino,” ujar Mentan Syahrul.

Mentan Syahrul  mengatakan, pelatihan adalah langkah yang tepat dalam memberikan pemahaman El Nino secara konkrit dan menyeluruh. Dengan begitu, petani dan penyuluh dapat menumbuhkan kepekaan serta sense of krisis dalam menghadapi semua persoalan.

Mentan juga minta agar jajaran di BPPSDMP mampu memanfaatkan jaringan Kostratani di berbagai level untuk mengaktualisasikan penerapan hasil pelatihan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan El Nino adalah suatu fenomena alam sebagai dampak dari climate change, selain itu juga ada La Nina dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang harus disikapi bersama-sama. Melalui Program SIMURP dengan teknologi Climate Smart Agriculture (CSA), saat ini tengah difokuskan pada upaya strategis mengantisipasi El Nino.

“El Nino adalah fenomena kekeringan, pertanian perlu air sebagai faktor utama produksi, saat terjadi El Nino suplai air terganggu. Petani perlu mendapatkan pemenuhan air, bisa melalui pompanisasi bawah tanah, atau pun pipanisasi dengan debit air sungai, sehingga lahan pertanian tetap mendapat pengairan yang diperlukan,” ucap Kabadan Dedi.

“Fenomena ini akan semakin menguat, hingga puncaknya terjadi pada Agustus-September. Oleh karenanya, seluruh stakeholder pertanian harus mengerti dan paham apa itu El Nino”, terang Kabadan lagi.

Langkah-langkah terhadap antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim atau El Nino yang dilakukan Program SIMURP diantaranya melalui pemupukan berimbang dan memasifkan penggunaan pupuk organik.

Tujuan utama dari Program SIMURP adalah menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), apabila GRK dapat ditekan maka akan mengurangi frekuensi fenomena El Nino, jelas Dedi.

Menindaklanjutinya, Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai penerima manfaat SIMURP beberapa waktu yang lalu telah melaksanakan Bimtek Program CSA mendukung Program Genta Organik dan menghadapi El Nino di 29 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

Bimtek ini bertujuan untuk mensosialisasikan Program SIMURP dan Program Genta Organik serta kesiapan petani dan penyuluh dalam menghadapi fenomena El Nino di semua BPP Kabupaten Konawe. Selain juga untuk meningkatkan kapasitas penyuluh dan petani, ujar Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Perkebunan Kab. Konawe, Sardin.

Sardin menambahkan bahwa Bimtek yang dilakukan tidak hanya sebatas pengenalan teknologi secara teori dari para penyuluh, tapi juga langsung melakukan kunjungan lapangan dan praktek ke agen CSA yang merupakan penggiat pertanian organik di Desa Langgomea Kecapatan Uepai.

Selanjutnya akan dibentuk Asosiasi Petani Pro Organik di masing-masing Kecamatan dan Kabupaten sebagai wadah diskusi untuk pembelajaran serta pengembangan kapasitas pertanian dan pemberian bantuan pupuk cair organir kepada petani peserta pelatihan, tutupnya. (MP/NF)