Namun, pencairan dana APBN baru diterima setelah Bulog menyelesaikan distribusi beras kepada masyarakat.

Karena itu, Bulog kerap mengambil pinjaman dari perbankan guna menutup kebutuhan awal dalam menyerap beras sebelum mendapatkan dana dari pemerintah.

Guna mengatasi tantangan ini, pihaknya tengah mengusulkan skema pendanaan yang lebih terstruktur.

“Saat ini, mekanisme pendanaan Bulog berjalan dengan skema beli dulu, simpan, perbaiki, rapikan, lalu salurkan, baru kemudian mendapatkan pembayaran.

Model ini cukup membebani, karena kami harus menanggung biaya pinjaman bank terlebih dahulu,” jelasnya.

Meskipun menghadapi beban finansial yang berat, Bulog tetap dapat menjalankan tugasnya dengan aman.

Iryanto menyebut bahwa perusahaan tetap menjaga stabilitas keuangan dengan menerapkan prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar nasional.