suarakarsa.com — Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa sekolah dasar negeri di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali menjadi perbincangan hangat. Perubahan isi paket makanan dari bahan mentah dan makanan matang menjadi makanan ringan atau snack siap konsumsi menuai beragam reaksi dari orangtua siswa.
Jika sebelumnya siswa menerima bahan mentah seperti beras dan lauk-pauk yang dapat dimasak di rumah, kini mereka hanya mendapatkan roti, biskuit, susu, buah, dan camilan ringan.
Perubahan ini mulai terlihat usai pembagian rapor pada Kamis (19/6/2025). Dalam paket yang dibagikan, orangtua mendapati isi berupa dua roti cokelat, satu kotak susu cokelat 115 ml, satu saset sereal vanila, berbagai jenis biskuit dan camilan kentang, serta buah-buahan seperti jeruk Medan dan pisang.
Merina (40), salah satu orangtua murid, mengaku heran dengan isi paket MBG. Ia merasa jenis makanan yang diterima tidak mencerminkan program gizi seimbang yang dijanjikan.
“Dulu dapatnya bahan makanan yang dimasak, ada sayur juga. Sekarang malah jadi snack. Ini bukan makanan bergizi, cuma camilan,” ujar Merina saat ditemui di lingkungan sekolah.
Senada dengan itu, Novi (38), wali murid lainnya, menilai bahwa camilan ringan tidak cukup mengenyangkan dan kurang memenuhi prinsip empat sehat lima sempurna.
“Kalau cuma biskuit dan roti, anak-anak cepat lapar lagi. Idealnya ada nasi, lauk, sayur, susu, dan buah. Anak-anak memang suka snack, tapi mestinya lebih bergizi dan bernutrisi,” kata Novi.
Mereka juga menyayangkan hilangnya momen makan bersama di sekolah, yang sempat mendorong anak-anak lebih terbuka terhadap konsumsi sayur dan makanan sehat.
Kepala SDN Pondok Betung 01, Hamidah, membenarkan bahwa pihak sekolah tidak mendapat pemberitahuan awal mengenai perubahan bentuk paket MBG.
“Awalnya kami diinformasikan bahwa MBG akan dalam bentuk makanan matang. Bahkan sempat ada ahli gizi yang sosialisasi ke sekolah,” ujar Hamidah, Kamis.
Menurut keterangan dari penyedia MBG, perubahan menu dilakukan karena bulan Juni merupakan masa akhir tahun ajaran, sehingga kehadiran siswa tidak maksimal. Dikhawatirkan makanan berat menjadi mubazir jika tidak dikonsumsi langsung.
Meski demikian, Hamidah menegaskan pihaknya tetap menerima penyaluran snack MBG selama kandungan gizinya telah dihitung dengan baik. Ia menyebut penyedia mengklaim bahwa jenis makanan ringan telah disesuaikan dengan kebutuhan gizi siswa berdasarkan jenjang kelas.
“Saya sudah konfirmasi, katanya sudah diuji nilai gizinya. Jadi sementara kami terima, tapi tetap berharap kembali ke makanan matang nanti,” jelasnya.
Dalam sepekan terakhir, MBG dalam bentuk snack dibagikan dua hingga tiga kali melalui wali kelas atau langsung kepada orangtua saat pembagian rapor. Namun, pihak sekolah mengaku telah menerima informasi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pondok Aren bahwa menu MBG akan kembali dalam bentuk makanan matang saat tahun ajaran 2025/2026 dimulai.
“Informasinya begitu masuk ajaran baru, paket akan kembali seperti semula: nasi, lauk, dan sayur,” tambah Hamidah.
Para orangtua berharap perubahan ini menjadi perhatian pemerintah daerah dan penyelenggara program MBG. Evaluasi menyeluruh dinilai penting agar program benar-benar memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak.
“Kalau mau bantu gizi anak-anak, jangan tanggung. Rasa juga penting, karena kalau enggak enak anak-anak jadi malas makan,” ucap Novi.
Program MBG digagas untuk membantu pemenuhan gizi bagi siswa usia sekolah di wilayah Tangerang Selatan. Konsistensi dalam pelaksanaan, mulai dari kualitas menu, gizi seimbang, hingga distribusi, dianggap penting agar manfaat program bisa dirasakan secara nyata oleh para penerima.
Tinggalkan Balasan