Hadapi El Nino, Kementan Tingkatkan Peran dan Fungsi Penyuluh Pertanian di OKU Selatan

Penyuluh
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluhtan) Bustanul Arifin Caya saat melakukan kunjungan kerjanya di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Karang Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, Jumat (08/09/2023).

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan peran dan fungsi serta semangat Penyuluh Pertanian dalam strategi ketersediaan pangan nasional, terutama menghadapi El Nino

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) selalu mengatakan bahwa Penyuluh Pertanian adalah pejuang yang berada di garda terdepan dalam meningkatkan produktivitas pertanian saat musim kemarau panjang atau El Nino 2023.

Bacaan Lainnya

Penyuluh pertanian lapangan adalah “Kopassusnya” petani yang harus menyebar ke semua desa dan mulai menghidupi petani secara mandiri melalui kelembagaan ekonomi, ujar Mentan Syahrul.

Mentan SYL juga meminta agar penyuluh selalu mengupgrade kemampuan dan pengetahuan. “Jadilah penyuluh yang hebat dan luar biasa agar bisa membantu menjaga pangan dari ancaman El Nino dan krisis pangan global”, tegasnya.

Baca Juga  Genjot Ekspor Pertanian, Kementan Gelar TOT Bagi Widyaiswara, Dosen, Guru dan Penyuluh

Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa penyuluh adalah garda terdepan pembangunan pertanian. Penyuluh pertanian memegang peranan penting terhadap pembangunan pertanian.

“Pembangunan pertanian diawali dari SDM pertanian yang diantaranya petani, penyuluh dan stakeholder pertanian dan penyuluh pertanian merupakan agent of change”, ujar Kabadan Dedi.

Dedi mengungkapkan bahwa hasil riset menunjukkan ada tiga agen yang dapat meningkatkan produksi pertanian diantaranya sarana dan prasarana pertanian 25%, peraturan perundangan 25% dan SDM pertanian yang paling besar kontribusinya dalam peningkatan produksi pertanian.

Terkait ketersediaan Pangan, Kabadan Dedi menekankan agar lumbung pangan mulai dari tingkat provinsi hingga desa dipastikan ketersediaannya. Sehingga Indonesia dapat melalui krisis pangan. Termasuk upaya diversifikasi pangan dengan mengonsumsi pangan lokal seperti jagung, ubi, singkong dan lainnya. Bukan beralih ke pangan impor seperti mie gandum dan olahan gandum lainnya, tegas Kabadan lagi

Baca Juga  Kementan Optimalkan Penggunaan Benih dan Varietas Unggul untuk Hasilkan Komoditas Berkualitas

Pada kesempatan terpisah, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Kapusluhtan) Bustanul Arifin Caya mengatakan kinerja penyuluh pertanian tidak akan terlihat apabila tidak ada motivasi yang kuat untuk bisa berbuat sesuatu kepada petani.  Hal ini dikatakan saat melakukan kunjungan kerjanya di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Karang Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, Jumat (08/09/2023).

“Keterbatasan fasilitas dan sarana prasarana penyuluh dalam bekerja akan tertutup bila kita punya motivasi yang tinggi untuk memberikan kontribusi kepada pembangunan pertanian,” lanjut Bustanul.

Kemudian Bustanul mengatakan bahwa kondisi saat ini jauh lebih baik dibandingkan saat bangsa Indonesia bisa swasembada beras pada tahun 1984, dimana saat itu peran penyuluh pertanian sangat luar biasa dalam  program Bimas yang dicanangkan pemerintah saat itu.

“Peran dan jasa penyuluh pertanian dalam transfer teknologi dan pendampingan kepada petani saat itu yang bisa membalikkan keadaan dari negara pengimpor beras menjadi negara yang swasembada. Maka daripada itu penyuluh pertanian sekarang harus bisa jauh lebih baik menunjukan kinerjanya karena zaman yang sudah berbeda,” terang Bustanul.

Baca Juga  Hadiri dan Buka Jambore Penyuluh Nasional, Mentan Amran Dorong Penyuluh Akselerasi Swasembada Pangan

Lebih lanjut Bustanul menyampaikan bahwa keterbatasan yang ada dalam fasilitas tidak bisa dijadikan masalah, kita harus melihat masalah sebagai tantangan. ” Sebagai contoh dengan adanya terjadinya iklim El Nino saat ini, kita semua harus bisa beradaptasi dan melakukan mitigasi dan penanggulang dampak dari El Nino,” lanjutnya.

Di akhir arahannya Bustanul berpesan agar kegiatan Sekolah Lapang (SL) Genta Organik dapat terus dilanjutkan melalui replikasi dari APBD atau swadaya petani. ” Penyuluh harus melakukan transfer teknologi dan pendampingan SL Genta Organik.  Program SL ini sangat penting dan strategis bagi petani karena dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mensiasati mahalnya harga pupuk saat ini. Kita dorong terus penggunaan pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia”, tutup Bustanul. (ZM/NF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *