JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan inovasi guna meningkatkan produktivitas. Diantaranya melalui Program Gerakan Tanah Organik (Genta Organik), ditengah naiknya harga pupuk kimia. Program tersebut juga sebagai solusi akibat mahalnya harga pupuk kimia, sehingga para petani dituntut untuk mencari solusi dengan memanfaatkan pupuk organik.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahkan mendorong Pemerintah Daerah bergotong royong mensukseskan Genta Organik guna mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Menurut mentan SYL, salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, produksi pertanian bisa ditingkatkan dan pencemaran lingkungan bisa ditekan.
Jangan pakai pupuk kimia saja, tetapi lebih banyak pupuk organik. Kimia masih mungkin dibutuhkan karena ini berskala ekonomi kan dan beberapa varietas membutuhkan, tetapi kita dahului dengan memberi makan dengan nutrisi dengan organik”, tegas Mentan SYL.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengajak penyuluh dan petani untuk mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik.
Menurutnya, dampak dari perang Rusia – Ukrania telah membuat pupuk kimia menjadi mahal. Maka dari itu pemanfaatan pupuk organik harus terus digalakan.
“Genta Organik bukan berarti mengharamkan pupuk kimia. Jadi, didalam Genta Organik untuk mengatasi pupuk mahal didalamnya ada pupuk organik, pupuk hanyati, pembenah tanah dan pemupukan yang berimbang”, tegas Kabadan Dedi.
Sementara, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Caya mengatakan, Program Genta Organik selaras dengan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). Membantu program pemerintah, salah satunya dengan memanfaatan pupuk organik.
Teknolgi yang diterapkan dalam Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) SIMURP diantaranya menggunakan benih unggul yang mampu beradaptasi dengan iklim, intermittent, penggunaan pupuk organik dan pemupukan berimbang.
“Ini sangat mendukung Program Genta Organik”, ujar Bustanul pada saat membuka Pertemuan Koordinasi Simurp Kelompok A dan B Tahun 2023 di Surabaya (17/02).
Bustanul menambahkan, penguatan Genta Organik, selain melalui Sekolah Lapang (SL), juga melalui Bimtek pembuatan pupuk organik yang bahannya bisa digunakan dengan memanfaatkan kearifan lokal. Selain itu juga penggunaan Rumah Burung Hantu (Rubuha) dalam pengendalian musuh alami (tikus), selain penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) yang merupakan kegiatan utama SIMURP.
Menurut Bustanul, pemanfaatan pupuk organik sebenarnya sudah lama ada, namun petani lebih lebih suka memakai pupuk kimia karena lebih murah. Memang merubah mindset tidak mudah. Karena dahulu harga pupuk kimia murah, sekarang harganya mahal. Maka mau tidak mau petani akan mencari peluang lain. Mahalnya harga pupuk ini merupakan peluang baru bagi petani untuk menggunakan pupuk organik selain juga ada dorongan dari pemerintah dan ada pendampingan penyuluh”, ujarnya.
Memasifkan penggunaan pupuk organik ini memang tidak mudah, ujar Bustanul. Tapi bukan berarti tidak bisa. Maka kita harus bergerak bersama untuk memanfaatkan peluang penggunaan pupuk organik ini karena manfaatkan lebih besar dibandingkan penggunaan pupuk kimia.
Contohnya, sebelum pandemi untuk menjajal penyuluh menggunakan IT sepertinya agak susah, tapi setelah ada pandemi maka terpaksa mereka memanfaatkannya. Karena kalau mereka tidak menggunakan dan memanfaatkan, maka tidak akan menambah wawasan. Momentum ini harus dimanfaatkan. Momentum dan kegiatan ini pas waktunya”, tambah Bustanul.
Bustanul juga menghimbau agar seluruh pengelola SIMURP mendiseminasikan keberhasilan-keberhasilan program SIMURP dan paham tentang CSA. Sehingga setelah program SIMURP ini selesai, marwahnya masih ada dan dapat dirasakan bukan hanya kepada penerima manfaat Program SIMURP saja, tetapi juga bagi seluruh masyarakat di Indonesia. (NF)
1 Komentar