suarakarsa.com – Presiden Prabowo Subianto meresmikan Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral di Jakarta. Dalam momen tersebut, Prabowo secara terbuka menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), lantaran ia yang mendapat kesempatan meresmikan proyek yang dibangun pada masa pemerintahan Jokowi.
“Terima kasih kepada semua tokoh yang berhasil mewujudkan simbol kerukunan ini, yang sebenarnya harusnya diresmikan Pak Joko Widodo,” ujar Prabowo dalam pidatonya di acara peresmian, Kamis (12/12).
Dengan nada bercanda, Prabowo mengakui bahwa dirinya hanya menikmati hasil kerja keras pihak-pihak sebelumnya. “Ya, saya kebagian enaknya saja. Banyak yang bekerja keras. Ya itu namanya takdir,” lanjutnya, disambut tawa para hadirin.
Prabowo juga sempat bergurau bahwa Jokowi mungkin sedang menyaksikan acara tersebut melalui layar kaca. “Jangan-jangan Pak Joko Widodo lagi nonton ini. Pak Jokowi, mohon maaf, aku yang resmikan ini,” katanya, mengundang gelak tawa.
Terowongan Silaturahim, yang dibangun di era pemerintahan Jokowi, merupakan simbol kerukunan antarumat beragama. Berdasarkan keterangan Kementerian Agama (Kemenag), terowongan ini tidak hanya berfungsi sebagai jalur lalu lintas antara dua rumah ibadah, tetapi juga sebagai fasilitas wisata religi dan galeri terbatas.
Dengan adanya terowongan ini, masyarakat diharapkan dapat dengan mudah mengakses kedua bangunan bersejarah tersebut dan mempererat hubungan antarumat beragama di Indonesia.
Dalam sambutannya, Prabowo mengapresiasi visi yang dimiliki para pemimpin sebelumnya dalam mewujudkan proyek ini. Ia berharap terowongan ini tidak hanya menjadi penghubung fisik, tetapi juga penghubung harmoni dan toleransi di antara seluruh lapisan masyarakat.
“Semoga terowongan ini menjadi simbol persatuan yang terus menginspirasi kita semua untuk menjaga kerukunan di tengah keberagaman bangsa,” tutup Prabowo.
Acara peresmian ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, pejabat pemerintah, dan masyarakat umum, menjadikannya momen bersejarah dalam memperkuat nilai-nilai toleransi di Indonesia.