suarakarsa.com — Usai libur panjang Hari Raya Idulfitri 1446 H, masyarakat tampak mulai menyusun ulang strategi keuangan mereka. Salah satu langkah yang banyak dipilih adalah memborong logam mulia, menyusul melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas kembali menjadi primadona. Bukan hanya karena sifatnya yang likuid, tetapi juga karena kemampuannya dalam menjaga nilai kekayaan dan tahan terhadap inflasi. Emas dinilai sebagai instrumen aman yang dapat menjaga daya beli masyarakat ketika nilai mata uang tergerus.
“Emas adalah pilihan rasional saat situasi ekonomi tidak pasti. Selain mudah dicairkan, nilainya relatif stabil dalam jangka panjang,” ujar seorang analis keuangan.
Fenomena ini terlihat dari lonjakan signifikan pembukaan rekening tabungan emas. Dalam sehari, tercatat ada penambahan 84 kg emas, naik drastis dari rata-rata harian sebelumnya yang hanya berkisar di angka 59 kg. Artinya, ada kenaikan sekitar 25 kg per hari dibandingkan hari biasa.
Kondisi ini memperkuat tren bahwa masyarakat kini mulai semakin sadar akan pentingnya instrumen lindung nilai (hedging) untuk menghadapi situasi ekonomi yang fluktuatif.
Tinggalkan Balasan