Siaga 24 Jam, Berikut Kisah Kru Kapal Ambulans Gawat Darurat Kepulauan Seribu

JAKARTA – Daya tahan tinggi mutlak diperlukan petugas AGD, sejak diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada Desember 2021, kehadiran kapal Ambulans Gawat Darurat (AGD) Prof. Abdul Rachman Saleh 01 menjadi jawaban permintaan masyarakat di Kepulauan Seribu.

Sebelumnya, sudah ada kapal ambulans di sejumlah fasilitas kesehatan Kabupaten Kepulauan Seribu. Namun, kapal Prof. Abdulrachman Saleh 01 tercatat sebagai kapal ambulans khusus kegawatdaruratan pertama yang siaga selama 24 jam.

Bacaan Lainnya

Ahdi Rajab Malik sebagai Penanggung Jawab Wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu menjelaskan, kapal AGD memberi layanan kegawatdaruratan langsung kepada yang membutuhkan, seperti korban kecelakaan laut, orang tenggelam, dan lain-lain.

Selain itu, tersedia pelayanan antar-faskes untuk mengantarkan pasien dari pos kesehatan atau puskesmas ke RSUD di Kepulauan Seribu atau ke rumah sakit lain di Kota Jakarta.

Tak bertugas sendirian, Ahdi ditemani tiga orang pendamping wilayah yang memantau kinerja, ditambah petugas operasional yang langsung melayani warga setempat. Petugas operasional itu terdiri dari dua kapten, dua Kepala Kamar Mesin (KKM) sebagai teknisi mesin kapal, dua Anak Buah Kapal (ABK), serta delapan tenaga medis.

Baca Juga  Kemnaker: 59 Ribu Pekerja Kena PHK hingga Akhir Oktober

Dalam sekali dinas jaga, terdapat satu kapten, satu KKM, satu ABK, dan empat perawat yang masing-masing memiliki kompetensi khusus dalam menangani pasien darurat, seperti berfokus pada pasien infeksius, pasien tidak darurat, dan neonatus atau khusus menangani bayi baru lahir.

Menurut Ahdi, dalam satu hari kapal AGD bisa mengadakan evakuasi sampai 4 kali sehari. Rujukan yang paling sering dilakukan adalah antarpulau di Kepulauan Seribu, seperti dari Pulau Tidung ke Pulau Pramuka yang memiliki RSUD.

Kapal AGD ini pun dilengkapi dengan ruang advance, ruang infeksius dengan hepafiler di dalamnya, dan ruang basic dan perina yang dilengkapi dengan inkubator.

“Hampir setiap hari ada rujukan dari pulau ke darat,” kata Ahdi.

Tantangan Fisik dan Mental di Kapal AGD Abdulrachman Saleh 01.

Seluruh kru AGD dijadwalkan berdinas jaga selama tujuh hari di Kepulauan Seribu, dan tinggal di posko jaga yang berpusat di Pulau Tidung. Mereka pun mendapatkan libur selama tujuh hari kemudian.

Jika tidak ada panggilan darurat, biasanya para kru berolahraga dengan pencucian kapal di pagi hari. Lalu, mereka bersiap mandi dan memakai seragam sebelum mengikuti apel pagi dan siaga menunggu panggilan selama 24 jam.

Baca Juga  SDM Pertanian, Kunci Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Ahdi menyatakan, rekrutmen kru AGD mengutamakan sumber daya manusia yang tidak hanya ahli di bidang medis, namun juga harus pandai berenang, memiliki jiwa pengabdian tinggi, dan kuat menghadapi tekanan kondisi.

“Harus memiliki daya survival tinggi,” ujarnya.

Di AGD, para kru dihadapkan dengan keterbatasan, mulai transportasi, jaringan, hingga hiburan. Dari lebih 110 pulau di Kepulauan Seribu, sebanyak 11 pulau berpenghuni dengan faskes masing-masing. Jarak tempuh antarpulau yang cukup memakan waktu, hingga kondisi cuaca turut menjadi tantangan.

Ahdi memaparkan, ketika harus berlayar ke daratan dan terbentur masalah cuaca, kapal yang sudah siap berangkat dipastikan harus menunggu hingga kondisi aman dan diizinkan berlayar oleh KSOP. Sambil menunggu, para nakes melakukan observasi pasien di kapal.

Tantangan bisa bertambah saat cuaca tiba-tiba memburuk di tengah pelayaran. Para nakes harus tetap mengobservasi pasien di tengah cuaca buruk, selain mempercayai nahkoda untuk membawa kapal dengan selamat ke daratan sambil terus berkoordinasi dengan KSOP melalui radio.

Ketika ada panggilan, kapal AGD meluncur ke fasilitas kesehatan terdekat. Setelah itu, perawat melihat kondisi pasien dan mengevakuasi ke dalam kapal.

Baca Juga  Kasus Monkeypox atau Cacar Monyet Bertambah, Pemprov DKI Jakarta Respon Cepat dengan Bentuk Tim Tracing

Sebelum bergerak, kapal AGD terlebih dahulu meminta izin berlayar ke Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kepulauan Seribu. Jika diizinkan, baru kapal bergerak menuju faskes tujuan.

Ahdi menyebut, apabila faskes tujuan ada di Jakarta, maka kapal akan berlabuh di Marina, Ancol, di mana ambulans gawat darurat sudah menunggu di darat. Nakes di kapal lalu memberikan laporan terkait kondisi pasien ke nakes di ambulans darat, dan pasien pun diberangkatkan ke rumah sakit rujukan.

Ahdi mengingatkan, masyarakat atau pengunjung di Kepulauan Seribu dapat langsung meminta layanan gawat darurat melalui fitur JakAmbulans di aplikasi JAKI, atau menghubungi Call Center 112 dan 119.

“Namun, jika terkendala jaringan di pulau yang terbatas, kamu bisa mengunjungi faskes terdekat, karena akan selalu ada petugas yang siaga dan dapat menghubungi kapal ambulans dengan radio,” kata Ahdi.

Seiring pemanfaatan kapal AGD oleh warga Kepulauan Seribu, saat ini direncanakan penambahan kapal serupa AGD di Kecamatan Kepulauan Seribu yang dijadwalkan beroperasi pada 2023 mendatang. Selain itu, juga ada rencana pengembangan ambulans mini di pulau-pulau kecil untuk mengantar pasien ke darat.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *