Amdal PT Win Aman, DLHK Konsel Sebut Aktivitas PT WIN Sesuai Regulasi

KONSEL – Aktivitas pertambangan yang dilaksanakan PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) di Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara sudah sesuai regulasi.

Hal itu di sampaikan langsung oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Ichsan Porosi, ST., MT.

Bacaan Lainnya

Ia menjelaskan, pasca adanya pertemuan antara pemerintah daerah Konsel yang dilaksanakan langsung oleh Bupati Konsel bersama warga sekitar yang menolak aktivitas pertambangan, pihaknya langsung melakukan cek lapangan, alhasil tidak menemukan adanya pelanggaran.

“Jadi berdasarkan hasil peninjauan kami di lapangan, pertambangan ore nikel di PT WIN tidak ada masalah. Kalau dalam isu yang berkembang luas di publik bahwa pertambangan itu harus berjarak 500 meter dari pemukiman, hal itu berlaku khusus untuk pertambangan Batu Bara bukan pertambangan ore nikel seperti di Torobulu,” katanya Senin (24/10).

Selain itu, kegiatan tersebut sudah sesuai dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 4 Tahun 2021 tentang daftar usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup (Amdal), upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Baca Juga  Putri Gus Dur Alissa Wahid Tak Suka Jika Kasus Korupsi Dijadikan Alat Menjegal

Lebih lanjut, Ichsan menambahkan, untuk aktivitas pertambangan ore nikel sepanjang masih dalam jarak yang aman, perusahaan pemegang izin berhak untuk melakukan aktivitas pertambangan sesuai acuan dalam RKAB pertambangan itu sendiri.

“Hasil pengamatan kami di lapangan, untuk aktivitas pertambangan yang di lakukan PT WIN, kami memberikan beberapa rekomendasi, salah satunya di sekitar area Tower atau pemancar kami memberikan rekomendasi jarak aktivitas pertambangan yang bisa dilakukan yaitu 20 sampai dengan 30 meter, dan itu merupakan sempadan dan tidak bisa diganggu, selebihnya itu bisa dilakukan penambangan,” ungkapnya.

Selain itu dia juga mengungkapkan, terkait aktivitas pertambangan di area pemukiman bahwa berdasarkan hasil survei di beberapa masyarakat lingkar tambang yang mengklaim terdampak, khusus warga Torobulu di Dusun I, tidak didapati masyarakat yang menolak. Bahkan ada beberapa masyarakat yang siap bersedia di relokasi dulu agar bisa dilakukan penambangan, supaya lahannya bisa rata dan bisa dimanfaatkan lain.

Baca Juga  PT. WIN Membantah Tuduhan LPMT Sultra, Begini Penjelasannya

“Bahkan ada beberapa warga itu bersedia di relokasi sementara untuk di tambang di bawah rumahnya yang sekarang, kalau sudah selesai di tambang membangun kembali rumahnya, mereka bersedia, ada beberapa warga yang mau seperti itu. Itu juga perlu menjadi catatan,” bebernya.

“Jadi tidak ada masyarakat yang keberatan di lokasi penambangan yang bersebelahan dengan lokasi penambangan di dusun I, Desa Torobu,” sambungnya.

Sejauh pengamatan DLHK Konsel, dilihat berdasarkan fakta lapangan dan regulasi pertambangan yang ada, tidak ada letak kesalahan yang dilakukan oleh PT WIN dalam aktivitas pertambangannya.

“Kalau dikatakan ada pelanggaran pencemaran udara atau pencemaran air, itu masih berupa kekhawatiran saja, belum merupakan suatu pelanggaran,” tutur Ichsan Porosi.

Namun demikian, di dalam rekomendasinya, Pemerintah Daerah Kabupaten Konsel melalui DLHK juga memberikan rekomendasi dan saran agar PT WIN tetap melaksanakan aktivitas pertambangan yang ramah lingkungan. Salah satu contohnya, adalah pohon-pohon besar yang ada di lokasi area pertambangan jangan ditebang.

Sementara untuk di daerah yang paling dekat dengan pemukiman warga agar dilakukan atau dibuatkan blok dinding pembatas, seperti seng dan lain-lain. Sehingga tidak menimbulkan debu langsung kepada masyarakat sekitar area pertambangan.

Baca Juga  Luar Biasa! Pemda Konawe Terima WTP Yang Ke-7 Kali Dari Menteri Keuangan

Sementara itu, terkait adanya kekhawatiran warga akan adanya dampak pertambangan yang bisa di timbulkan di area tambak atau empang warga, DLHK Konsel sudah menawarkan kepada  warga yang merasa khawatir akan hal itu dengan pembuatan sediment pond.

“Akan tetapi dalam pengamatan kami sangat jauh tambak dengan aktivitas pertambangan untuk bisa menimbulkan dampaknya,” urai Ichsan Porosi.
Sementara pada wilayah bekas tambang PT WIN atau area yang sudah dilakukan pengerukan ore nikel, DLHK Konsel akan melakukan intervensi khusus jika pihak perusahaan belum melakukan reklamasi, melalui program penghijauan atau penanaman pohon-pohon.

Meskipun demikian, Pemda Konsel juga mengharapkan agar pihak perusahaan dalam hal ini PT WIN agar bisa melaksanakan aktivitas pertambangan yang ramah lingkungan sebagaimana yang tertuang dalam dokumen analis dampak lingkungan (Amdal), baik itu saat pra-pengolahan, pengolahan, dan pasca-pengolahan tambang.

“Dengan begitu kita bisa mengurangi seminimal mungkin dampak yang ditimbulkan atau bisa terjadi, karena bicara aktivitas pertambangan pasti ada dampaknya baik itu dampak positif maupun negatif,” tutupnya.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *