JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) sangat penting untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor dan bahkan meningkatkan ekspor.
“Upaya ini dapat diwujudkan dengan peningkatan efisiensi melalui penerapan smart farming dan integrated farming ataupun ekstensifikasi, melalui program food estate serta program lain dari Kemantan”, jelas Mentan Amran.
Mentan menambahkan bahwa upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi melalui peningkatan Indeks Pertanaman, diarahkan pada pemenuhan sarana produksi yang lengkap untuk mendukung pelaksanaan Good Agricultural Practices (GAP) mulai dari pengolahan lahan, pemilihan benih berkualitas, pemupukan, pengelolaan OPT Terpadu sampai pada panen dan pasca panen, memerlukan kualitas dan kuantitas SDM pertanian yang memadai sebagai pelaku utama dan pelaku pendukung.
Hal ini tentunya menuntut peningkatan kinerja penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan pertanian sebagai fungsi peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pertanian melalui pendampingan efektif kepada pelaku usaha tani di lapangan.
Pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan volume 45, Selasa (14/11/2023 dari ruang AOR Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kepala Badan PPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa emisi gas-gas yang dilepaskan ke atmosfer dari berbagai aktivitas manusia di bumi menimbulkan efek rumah kaca di atmosfer. Gas-gas rumah kaca itu adalah karbon dioksida (CO2), belerang dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metana (CH4), dan klorofluorokarbon (CFC).
“Jerami yang dibakar akan menimbulkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), yang jelas-jelas menyebabkan GRK harus dihentikan karena dapat menyebabkan udara tercemar, lakukan drying untuk mencegah efek rumah kaca”, jelas Kabadan Dedi.
Narasumber Ngobras, Penyuluh Pertanian Kota Cirebon, Muchamad Iqbal mengatakan bahwa salah satu kendala dan tantangan yang dihadapi oleh petani padi adalah dampak perubahan iklim akibat dari pemanasan global. Namun disisi lain budidaya padi juga memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap pemanasan global karna menghasilkan Gas Rumah Kaca yang berupa Karbon dioksida (CO2), Dinitrogen Oksida (N2O) dan metana (CH4).
“Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan mengolah jerami yang tidak di tumpuk dan dibakar, akan tetapi di sebarkan pada lahan yang kemudian disemprotkan bakteri pengurai dalam rangka membuat pupuk organik insitu”, jelasnya.
Muchamad Iqbal juga menjelaskan bahwa dengan penerapan pendekatan paket teknologi pertanian cerdas iklim yang dicetus oleh Program SIMURP selain dapat menurunkan biaya produksi juga dapat menurunkan emisi GRK dan menaikan produktivitas padi dari 5,5 ton/Ha menjadi 6,5 ton/Ha.
“Beras yang dihasilkan merupakan beras sehat dan sejalan dengan penurunan emisi GRK diharapkan terjadi penurunan pemanasan global dan diharapkan dapat mengurangi perubahan iklim yang merugikan”, imbuhnya.
Sebagai informasi Program SIMURP yang diinisiasi oleh BPPSDMP terbukti dapat menurunkan emisi GRK dan meningkatan produksi dan produktivitas. Program SIMURP juga menghadirkan berbagai inovasi teknologi yang betul-betul adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Juga mampu beradaptasi dari cekaman biotik yaitu tahan hama penyakit, maupun abiotik yaitu kekeringan dan banjir serta intrusi air laut. (HV/NF)