Tri Estiana menjelaskan bahwa pengembangan gula semut dilakukan pada tahun 2010 dengan awalnya memproduksi gula kelapa. Pembuatan gula semut juga dilakukan secara tradisional, yakni dikerjakan sejumlah warga di rumahnya masing-masing.

Saat ini gula semut sudah di ekspor ke luar negeri melalui eksportir. Pemasaran gula semut belum bisa di ekspor sendiri karena biayanya sangat mahal. Maka Tri Estiana meminta agar Pemerintah bisa memfasilitasinya. Kolaborasi dengan UMKM lain terutama dengan pengelola-pengelola warung kopi di sekitar Kabupaten Kulon Progro juga dibutuhkan agar gula semut dapat lebih dikenal dimasyarakat. Semoga nantinya Kabupaten Kulon Progro bisa menjadi eksportir gula semut, imbuhnya. (HV/NF)