“Kami bertahan meskipun harus meminjam dari bank. Ini adalah konsekuensi yang harus kami hadapi. Namun, kami tetap berupaya menjalankan tugas dengan baik dan menjaga laporan keuangan tetap positif,” lanjutnya.

Senada dengan itu, Direktur Utama Bulog, Wahyu Suparyono, menegaskan bahwa sumber dana untuk stok beras yang ada saat ini memang berasal dari pinjaman perbankan.

Ia menyebut bahwa pada 2024, bunga pinjaman yang harus dibayarkan mencapai Rp2,5 triliun.

“Stok yang ada sekarang itu didanai dari pinjaman bank. Jika ada pinjaman, pasti ada bunga yang harus dibayar. Ini adalah struktur pendanaan kami saat ini. Beban bunga tahun lalu sekitar Rp2,5 triliun untuk penyerapan 2024, dan dana untuk menyerap 3 juta ton beras pada awal 2025 nantinya juga berasal dari pinjaman bank,” tutup Wahyu.