PURWOREJO – Kelompok Tani (Poktan) Sri Rejeki di Desa Semawung, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, sangat antusias dengan kehadiran program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP). SIMURP dinilai mampu meningkatkan wawasan mereka seputar sistemp pertanian yang mereka jalani.
Sepertihalnya terlihat pada giat Farm Field Day (FFD) Jagung Selasa (27/9) lalu. FFD merupakan turunan dari program SIMURP sekaligus bagian Climate Smart Agriculture (CSA).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Hadi Satsila mengatakan, lewat FFD, petani berbagi pengalaman sekaligus saling sharing pengenai implementasi CSA. FFD secara signifikan meningkatkan produktivitas petani di daerahnya. “Terbukti dari hasil ubinan tahun ini yang notabene memang meningkat,” lanjut Hadi.
Hadi berharap para petani mampu mengimplementasikan teknologi hasil pelatihannya selama ini, sampai pada masa panen nanti. “Dan tentunya semakin bagus hasilnya,” jelas Hadi.
Hadi memaparkan, FFD merupakan salah satu metode pemberdayaan petani melalui pertemuan antar petani, peneliti dan penyuluh untuk saling bertukar informasi. Khususnya tentang teknologi pertanian yang diterapkan dan mendapatkan umpan balik dari petani mengenai masalah dan hambatan yang dihadapi dalam bertani.
“FFD dan panen di lokasi Sekolah Lapangan (SL) juga merupakan salah satu kegiatan dari SIMURP. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali potensi, masalah, dan hambatan yang ditemui oleh para petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan kalau pertanian cerdas iklim atau CSA proyek SIMURP memiliki dampak yang positif untuk pertanian. CSA SIMURP bisa meningkatkan produktivitas produksi tanaman dan pendapatan petani.
“SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani. Khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar dalam menghadapi perubahan iklim. Termasuk bagaimana cara mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman.
Kementan akan terus mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan dengan memaksimalkan BPP Kostratani sebagai acuan untuk menciptakan pertanian yang tangguh menghadapi krisis iklim, tambah Dedi.
Hal ini tentunya sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang mengatakan jika hadirnya Program SIMURP diharapkan mampu mengembangkan kemampuan manajerial penyuluh dan pengelola di BPP Kostratani.
Kostratani merupakan penguatan peran dan fungsi BPP yang berbasis teknologi informasi serta mampu memberikan contoh dalam penerapan teknologi CSA. Ini tentunya membutuhkan SDM yang berkualitas. Kostratani diharapkan dapat meningkatkan kualitas pangan dan membangun pertanian kita dimasa mendatang dalam menghadapi perubahan iklim yang ekstrim, ujar Mentan SYL.
Melalui CSA yang ramah lingkungan terbukti dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, meningkatkan Intensitas Pertanian (IP) serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) serta meningkatkan pendapatan petani.
“Dengan hadirnya Program SIMURP diharapkan mampu mengembangkan kemampuan manajerial penyuluh dan pengelola di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), ujar Mentan SYL lagi. (NF)