Letkol Untung memiliki latar belakang militer yang panjang. Pada masa revolusi fisik, ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Batalyon Soedigdo di Wonogiri, Jawa Tengah. Pada tahun 1948, saat pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, Untung sempat melarikan diri ke Jawa Tengah, kemudian bergabung kembali dengan TNI di bawah nama baru, Untung.

Setelah aktif dalam sejumlah operasi militer, termasuk Operasi Trikora pada 1963 untuk membebaskan Irian Barat, Untung mendapatkan penghargaan Bintang Sakti dan naik pangkat menjadi letnan kolonel. Ia kemudian diangkat sebagai Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa.

Pada tahun 1965, isu adanya “Dewan Jenderal” yang berencana mengkudeta Presiden Soekarno mulai mencuat. Meskipun isu ini dibantah oleh Menteri/Panglima Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Ahmad Yani, Batalyon I Cakrabirawa di bawah komando Letkol Untung tetap menjalankan Operasi Takari, yang kemudian diubah menjadi Gerakan 30 September. Untung dipilih untuk memimpin gerakan ini karena ia tidak dikenal luas, sehingga dianggap ideal untuk operasi yang bersifat rahasia.