suarakarsa.com – Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis M Hanafi, menyampaikan permohonan maaf kepada jemaah haji Indonesia atas ketidaknyamanan yang terjadi saat prosesi wukuf di Arafah. Sejumlah jemaah dilaporkan tidak mendapatkan tenda untuk beristirahat selama puncak ibadah haji yang berlangsung pada 9 Zulhijah 1446 H atau 5 Juni 2025 lalu.

“Atas nama Ketua PPIH Arab Saudi, saya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan sebagian jemaah haji Indonesia,” ujar Muchlis, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Minggu (8/6/2025).

Muchlis memaparkan empat penyebab utama yang mengakibatkan sejumlah jemaah tak mendapatkan tenda saat wukuf di Arafah:

  1. Ketidaksesuaian Akses Tenda
    Beberapa tenda yang seharusnya masih memiliki slot kosong tidak dapat diakses oleh jemaah lain, meskipun berasal dari markaz yang sama. Misalnya, tenda berkapasitas 350 orang sudah terisi 325 jemaah, namun tidak diperbolehkan diisi sisa 25 slot tersebut oleh kelompok lain.

  2. Skema Pemberangkatan Berbasis Hotel
    Pemberangkatan jemaah dari Makkah ke Arafah dilakukan berdasarkan hotel, bukan berdasarkan markaz atau syarikah. Namun, pada praktiknya, banyak jemaah berpindah hotel tanpa sinkronisasi data, sehingga alokasi tenda menjadi tidak akurat dan terjadi penumpukan.

  3. Keterbatasan Jumlah Petugas
    Petugas harus melayani lebih dari 203 ribu jemaah yang tersebar di 60 markaz. Dengan jumlah petugas yang terbatas, pengaturan distribusi dan disiplin penempatan jemaah menjadi sangat menantang. Banyak petugas juga mengalami kelelahan berat.

  4. Mobilitas Jemaah yang Tidak Terkendali
    Banyak jemaah berpindah tenda secara sepihak untuk berkumpul dengan kerabat atau kelompok bimbingan daerah asal. Perpindahan ini memperparah distribusi beban tenda dan menyulitkan pengawasan secara keseluruhan.

Muchlis menyatakan, pihaknya segera melakukan sejumlah langkah untuk menangani situasi tersebut dan mencegah hal serupa terulang:

  • Pemetaan ulang kapasitas tenda yang masih kosong.

  • Pengalihan tenda milik petugas untuk menampung jemaah.

  • Melobi syarikah untuk penyediaan tenda tambahan.

  • Memanfaatkan tenda utama Misi Haji Indonesia sebagai cadangan.

“Kami terus melakukan evaluasi agar ke depan tidak ada lagi jemaah yang tidak mendapatkan hak layanan selama puncak ibadah,” tegas Muchlis.

Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang sangat penting dan menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji. Ketidaknyamanan dalam fase ini menjadi perhatian serius pemerintah agar layanan kepada jemaah haji Indonesia ke depan semakin optimal.