Kementan Gencarkan Genta Organik melalui Komoditas Hortikultura Lahan Kering

Lahan Kering
Kepala BPPSDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan Volume 16, Selasa (18/04/2023) dari Ruang AOR BPPSDMP. (Sumber: Humas Kementan)

JAKARTA – Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengajak petani beralih ke pupuk organik atau hayati dan tidak hanya bergantung pada penggunaan pupuk kimia.

Mentan berharap melalui Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) kebutuhan pangan tetap terjaga dan berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penghasil devisa negara, sumber pendapatan utama rumah tangga petani dan penyedia lapangan kerja.

Genta Organik bukan berarti meninggalkan penggunaan pupuk anorganik sepenuhnya, melainkan boleh menggunakan pupuk kimia dengan ketentuan tidak berlebihan atau menggunakan konsep pemupukan berimbang”, tegasnya.

Baca Juga  PENAS Petani Nelayan XVI Semakin Dekat, Kementan Bersama KTNA Nasional Kembali Gelar Rakor

Mengikuti arahan Mentan SYL, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan Volume 16, Selasa (18/04/2023) dari Ruang AOR BPPSDMP mengatakan bahwa Program Genta Organik memaksimalkan pestisida nabati, pembenah tanah, pupuk organik sesuai permintaan tanaman dengan pemupukan berimbang.

“Kalau kita tidak bijak dalam pemanfaatan pupuk kimia, agro kimia, pestisida maka tanah dan air kita akan menangis. Cara bijak yang dilakukan dapat melalui genta organik yang dapat menyelamatkan bumi”, ujar Kabadan Dedi.

Narasumber Ngobras Puji Astuti, Penyuluh Pertanian BPP Semin Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta menjelaskan bagaimana mengelola lahan kering menjadi lahan yang berproduksi pertanian.

Baca Juga  Inovasi Kopi Jamu Karya Petani Milenial Kementan Mejeng di Jogja Coffee Week

“Karena kondisi lahan kering dengan ketersediaan air yang terbatas, komoditas yang berkembang lebih dominan untuk komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah”, ujarnya.

Dalam upaya menghemat penggunaan air, beberapa petani hortikultura menerapkan pengairan dengan sistem sprinkle dan irigasi tetes atau drip.

Puji Astuti menambahkan bahwa peran Penyuluh di sini sangatlah penting. Yaitu dengan terus melakukan pendampingan kepada petani agar melaksanakan budidaya pertanian ramah lingkungan. Melakukan pendampingan kepada petani agar menerapkan konsep pertanian terpadu, pembukaan klinik agensia hayati untuk menyediakan kebutuhan agensia hayati dan mendorong petani terus memproduksi pupuk organik padat maupun cair, serta penerapan budidaya tanaman sehat, pungkasnya. (HV/NF)