Koalisi Besar Kembali Ciptakan Prabowo VS Capres PDIP Jilid 3

JAKARTA – Wacana terbentuknya koalisi besar terus bergulir. Lantas, akankah koalisi besar memunculkan Prabowo vs capres PDIP jilid 3 pada pemilu 2024 mendatang?

Untuk diketahui, Prabowo pernah menghadapi capres dari PDIP, yakni Joko Widodo (Jokowi), pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019. Jokowi terpilih sebagai presiden dalam dua kali Pilpres tersebut.

Pengamat Politik dari FISIP USU, Indra Fauzan, menilai munculnya Prabowo vs capres PDIP bisa saja terjadi. Namun, koalisi besar sampai saat belum terbentuk.

“Bisa saja terjadi seperti itu. Tapi kan sampai saat ini belum terbentuk,” ujar Indra saat dihubungi, Sabtu (8/4/2023).

Indra Fauzan juga menyebut koalisi besar perlu membuat komunikasi lebih intens terkait posisi Capres. Sebab, menurutnya, saat ini posisi masih dapat berubah.

“Koalisi besar kan juga perlu membuat komunikasi yang lebih intens lagi karena untuk posisi pencapresan ini masih rentan berubah walaupun sudah terlihat kerangka kesepakatannya,” tuturnya.

PDIP dinilai tidak akan mudah terpengaruh dengan koalisi besar. Menurutnya, PDIP cukup cerdas dalam mengambil sikap dengan tidak hadir dalam pertemuan 5 partai dengan Jokowi.

Baca Juga  PDIP Siapkan Pertemuan dengan Elite Demokrat

“PDIP tentunya tidak begitu saja dengan mudah terpengaruh atau terintimidasi dengan koalisi besar ini, sehingga mereka tetap kukuh dengan strategi mereka. Mereka juga cukup cerdas ya dengan tidak menghadiri pertemuan tersebut,” ujar Indra Fauzan.

Sementara itu, pandangan berbeda diberikan oleh pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya. Yunarto menilai sulit untuk mengatakan Koalisi Besar akan terwujud.

“Pertama koalisi besar ini juga masih embrio ya karena baru pertemuan sekali jadi agak sulit untuk mengatakan ini agak terwujud,” ujar Yunarto dihubungi terpisah.

Yunarto melihat kemungkinan PDIP dilibatkan dalam Koalisi Besar. Namun, keterlibatan PDIP dalam Koalisi Besar dapat terwujud bila adanya salah satu pihak yang mengalah sebagai Cawapres.

“Kedua, kalau dilihat dari statemen yang hadir di situ pun termasuk PPP mengatakan PDI Perjuangan kemungkinan besar akan dilibatkan. Jadi kalau saya baca malah tujuan idealnya koalisi besar ini tujuan awalnya malah ingin memposisikan diri solid seperti bagian dari koalisi pendukung Jokowi untuk berhadap-hadapan dengan Koalisi Perubahan,” tuturnya.

Baca Juga  Musra NU di Probolinggo yang Dukung Cak Imin Bukan Resmi NU

“Tapi koalisi besar dalam kontes melibatkan PDI Perjuangan itu menurut saya hanya mungkin terjadi apabila misalnya di antara PDI Perjuangan capres PDI Perjuangan atau capresnya Gerindra, lalu kemudian ada salah satu di antaranya menjadi cawapres. PDIP menurut saya akan bergabung dengan koalisi besar apabila terjadi kesepakatan dengan Gerindra menjadi cawapres,” sambungnya.

Namun, Yunarto menilai jika tidak ada pihak yang mengalah, maka kemungkinan Koalisi Besar dapat berhadapan dengan PDIP.

“Tapi jika di antara kedua itu tidak ada yang mau menjadi cawapres, katakanlah misalnya PDI Perjuangan mencalonkan Ganjar, Gerindra mencalonkan Prabowo dan diantaranya tidak ada yang mau jadi cawapres hampir dipastikan bahwa koalisi tersebut akan berhadap-hadapan dengan PDI Perjuangan,” ujarnya.

Meski begitu, menurut Yunarto, PDIP tidak akan sendiri dalam berhadapan dengan Koalisi Besar. Sebab, menurutnya, akan ada partai lain di Koalisi Besar yang ikut bergabung dengan PDIP.

Baca Juga  Puluhan Warga Kelurahan Andabia Geruduk Kantor Bupati Konawe

“Tapi apakah PDI Perjuangan akan ditinggal sendirian dan akan berhadapan dengan Koalisi Besar? saya tidak meyakini ya, karena saya cenderung melihat di antara partai-partai bertemu itu sangat mungkin satu atau dua di antaranya akan bergabung juga dengan PDI Perjuangan. Kalau ada partai tengah ikut bergabung dengan koalisi besar dan isinya adalah banyak partai biasanya mereka akan dirugikan dengan posisi kekuasaan. Karena semakin banyak pesertanya jumlah menteri yang bisa dibagikan lebih sedikit,” kaya Yunarto.(SW)