Teks

NU Pecah, Gus Salam Sebut Gus Ipul Inkonsisten, PBNU Berat Sebelah

JAKARTA – Dewan Penasihat Timnas AMIN Abdusalam Shohib atau Gus Salam menyoroti pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul yang meminta warga NU agar tak memilih paslon yang didukung Abu Bakar Ba’asyir. Gus Salam mengatakan ucapan Gus Ipul inkonsisten.

“Menurut saya pernyataan Gus Ipul itu subyektif dan tendensius dan Gus Ipul itukan Sekjen PBNU, yang kemarin-kemarin marah-marah dan ngancam-ngancam ke struktur NU di bawah agar netral, tapi hari Ini dia celometan statement terkait Pilpres,” kata Gus Salam baru-baru ini.

Gus Salam mengatakan pernyataan Gus Ipul menunjukkan inkonsistensi. Gus Salam menilai pernyataan itu merendahkan PBNU yang sejatinya tak mengikuti politik praktis. Di sini Gus Ipul dianggap berat sebelah dan memihak calon tertentu..

“Ini bukti betapa di PBNU banyak oknum-oknum yang inkonsisten, secara tidak langsung dia telah merendahkan PBNU dengan terlibat politik partisan sekaligus mengkhianati apa yang pernah di dawuhkan oleh Rois Aam PBNU 1999 – 2012 KH M Sahal Mahfudz,” ujar Gus Salam.

“Bahwa Politik NU adalah politik tingkat tinggi (Siyasah Aliyah) yaitu politik kebangsaan & kerakyatan untuk menjaga persatuan bangsa bukan politik rendahan dan murahan (Siyasah Safilah) yaitu politik partisan dan keberpihakan yang mengabaikan etika dan aturan organisasi yang hari ini dilakukan Oleh PBNU,” sambungnya.

Baca Juga  Lucu, Sekadar Usul Hak Angket MK, Masinton Malah Dilaporkan ke MKD

Gus Ipul awalnya hanya mengingatkan kepada Nahdliyin agar menyalurkan hak pilihnya pada 14 Februari 2024.

“Nah, dari paslon-pasan yang ada tentu kita harus lihat rekam jejaknya, dan sekaligus juga kita lihat siapa pendukungnya, tentu kita mengimbau kepada warga NU untuk bisa memilih dan memilah siapa yang kira-kira layak untuk dipilih,” kata Gus Ipul saat mengawali pesannya kepada warga NU, Rabu (17/1/2024).

Lalu, Gus Ipul membeberkan alasannya mengapa meminta warga NU tak memilih paslon yang didukung Abu Bakar Ba’asyir.

“Nah, melihat rekaman Ustaz Abu Bakar Ba’asyir tentang alasan memilih presiden, itu menurut saya berbeda dengan cara kita warga NU sesuai para kiai untuk memilih seorang pemimpin,” ungkap Gus Ipul.

Gus Ipul mengatakan, memang, warga NU merupakan umat Islam. Namun, muslim di Indonesia hidup berdampingan dengan agama lain. Untuk itu, Gus Ipul tak sependapat dengan pernyataan Abu Bakar Ba’asyir.

Baca Juga  Musra NU di Probolinggo yang Dukung Cak Imin Bukan Resmi NU

“Kita beragama Islam, tapi kita juga tinggal di Indonesia. Jadi beda, kita beda, melihatnya beda, tentu ini harus disadari oleh warga NU,” ungkapnya.

Selain itu, Gus Ipul juga mengaku prihatin dengan tim sukses salah satu calon yang mengembangkan wacana-wacana tak baik.

“Saya menyampaikan kemarin itu mengimbau warga NU untuk tidak memilih calon yang didukung oleh Ustaz Abu Bakar Ba’asyir. Jadi itu satu bahan pertimbangan buat warga NU, sekaligus juga kita ingin posisi PBNU dipahami dengan baik. Kita prihatin dengan tim sukses calon tertentu yang berpikiran eror. Calon itu kan mestinya mendekati, merangkul, ini malah justru mengembangkan wacana-wacana yang tidak baik untuk NU,” jelas Gus Ipul.

“Ya kalau kita sih terserah saja lah mau ditanggapi apa, tapi menurut saya komentar seperti itu tidak bijak. Karena bagaimanapun kita semua orang punya hak mempunyai pilihan, beliau (Abu Bakar Ba’asyir) mempunyai hak untuk pilihan,” kata Abdul Rochim yang akrab disapa Iim.

Iim mengatakan rekaman suara Abu Bakar Ba’asyir yang beredar di media sosial itu merupakan pernyataan untuk menjawab pertanyaan dari seseorang. Iim juga menyoroti ucapan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengamini pernyataan Gus Ipul.

Baca Juga  Kampanye Ganjar - Mahfud Singgung KKN, Sentil Gibran?

“Seharusnya beliau-beliau mempunyai kesadaran yang lebih besar, bahwasanya dalam berdemokrasi semua orang punya hak untuk punya pilihan itu. Punya hak tidak perlu orang lain diancam-ancam, oh dengan ini mungkin Ustaz Abu Bakar Ba’asyir mantan teroris lah,” ucap Iim.

“Ini bentuk ketidakdewasaan dalam berdemokrasi, sayang sekali mereka-mereka pengurus partai, tim pemenangan, tapi tidak dewasa dalam berdemokrasi. Menunjukkan kekanak-kanakan lah di dalam demokrasi, seharusnya tidak begitu,” imbuh Iim.(SW)