suarakarsa.com — Kekhawatiran global terhadap lonjakan harga minyak dunia akibat konflik Iran, Israel, dan Amerika Serikat mulai mereda. Pasalnya, harga minyak mentah dunia turun tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata penuh antara pihak-pihak yang terlibat.

Dikutip dari Reuters, harga minyak jenis Brent turun sebesar 2,08 dolar AS menjadi 69,40 dolar AS per barel pada pukul 03.30 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 3 persen atau 2,03 dolar AS, menjadi 66,48 dolar AS.

Penurunan ini menjadi yang terendah dalam sepekan terakhir, setelah sebelumnya harga sempat melonjak akibat serangan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar.

Presiden Trump sebelumnya menyatakan bahwa gencatan senjata akan dilakukan secara bertahap: Iran menghentikan serangan terlebih dahulu, diikuti Israel 12 jam kemudian.

“Jika gencatan senjata dijalankan sesuai pengumuman, investor bisa berharap kembalinya stabilitas harga minyak,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.

Gencatan ini membuka peluang bagi Iran produsen minyak terbesar ketiga OPEC untuk meningkatkan ekspor minyaknya jika situasi keamanan membaik. Gangguan distribusi selama konflik menjadi salah satu faktor utama lonjakan harga sebelumnya.

Konflik juga sempat memicu kekhawatiran terhadap potensi penutupan Selat Hormuz, jalur vital tempat lalu lintas sekitar 20% pasokan minyak dunia.

“Ketegangan meningkat ketika AS terlibat langsung dalam konflik. Jika Iran menutup Selat Hormuz, efeknya bisa menghancurkan stabilitas energi global,” kata analis energi Tony Sycamore.

Namun, dengan tanda-tanda meredanya konflik, para pelaku pasar mulai menurunkan ekspektasi terhadap kemungkinan lonjakan harga ke tiga digit.

“Hanya kejadian besar yang tak terduga dan berdampak langsung terhadap pasokan yang bisa mendorong harga minyak tembus di atas 80 dolar AS,” ujar Sycamore.

Meskipun Trump mengumumkan adanya “Perdamaian 12 Hari” dan memuji keberanian kedua pihak, Iran menyatakan bahwa gencatan senjata bersyarat.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa Iran hanya akan menghentikan serangan jika Israel terlebih dahulu menghentikan agresinya terhadap Iran.

“Keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer kami akan ditentukan kemudian,” kata Araghchi melalui media sosial X.

Sementara itu, serangan Israel terhadap fasilitas-fasilitas milik Iran tetap berlangsung. Israel mengklaim targetnya adalah program nuklir Iran, yang disebut sebagai ancaman regional. Iran sendiri membantah mengembangkan senjata nuklir dan menyatakan bahwa pengembangan nuklirnya murni untuk tujuan damai.