Pada Jumat (20/10/2023), ratusan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar demo di area Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
BEM SI turun ke jalan untuk memberikan evaluasi terkait sembilan tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam demonstrasi ini, mahasiswa membawa atribut bendera dan spanduk dengan tulisan provokatif seperti ‘Jokowi Pengkhianat’ dan ‘Kemaren Paman Datang, Pamanku dari MK’.
Sementara itu, anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menciptakan kerusuhan dengan memanjat barikade beton yang dibalut kawat, membakar ban, dan menjatuhkan beton tersebut.
Dalam suasana yang semakin memanas, teriakan “Revolusi” terdengar, sementara sebagian demonstran melemparkan botol ke arah polisi yang berjaga. Hingga pukul 16.29 WIB, para demonstran berusaha membobol beton yang berkawat.
Di tengah kerusuhan tersebut, massa BEM SI tetap melakukan orasi terkait kepemimpinan Jokowi, mengkritik kurangnya kemajuan dari segi pendidikan hingga ekonomi. Sayangnya, aksi demo mahasiswa ini berujung rusuh, dengan lemparan batu dan botol air mineral ke arah polisi.
Pada pukul 18.00 WIB, mahasiswa terlihat membakar spanduk di barier. Polisi terus mengimbau para demonstran agar tetap tertib.
Unjuk rasa ini merupakan bagian dari evaluasi sembilan tahun kepemimpinan Jokowi sebagai Presiden Indonesia dengan tagline Geruduk Istana #JokowiPengkhianatReformasi.
Dari pantauan di lokasi, para mahasiswa datang dengan membawa bendera hingga spanduk. Para demonstran mengibarkan spanduk besar dengan tulisan provokatif seperti ‘Jokowi Pengkhianat’, ‘Kemarin Paman Datang Pamanku dari MK’, dan ‘MK: Mahkamah Keluarga’.
Selain itu, terlihat bendera-bendera dari institusi-institusi seperti Akademi Pergerakan IPB, Sekretariat Hukum Trisakti, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, BEM Se-Bogor, dan GMNI.
Dalam aksi demo tersebut, beberapa peserta demo diamankan oleh polisi. Tiga mahasiswa peserta demo yang tergabung dalam aliansi BEM SI akhirnya dibebaskan setelah menerobos pembatas beton dan kawat berduri.
Proses pembebasan melibatkan negosiasi yang intens, dengan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Joanes Joko menjadi perwakilan dalam negosiasi.
Aliansi BEM SI juga mengusulkan pembebasan 10 mahasiswa lain yang ditangkap polisi di wilayah Gondangdia, Jakarta Pusat.***