JAKARTA – Salah satu langkah yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengantisipasi ketersediaan pangan agar terpenuhi bagi 273 juta jiwa penduduk Indonesia, diantaranya adalah dengan terus memasifkan Program Genta Organik. Genta Organik mendorong petani menggunakan pupuk organik secara masif. Gerakan ini juga bukan berarti petani meninggalkan pupuk kimia sepenuhnya, melainkan boleh menggunakan pupuk kimia tidak berlebihan atau sesuai dengan konsep pupuk berimbang.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) selalu mengatakan, bahwa salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk kima dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Maka, produksi pertanian meningkat dan pencemaran lingkungan dapat ditekan. Sehingga tanah pertanian Indonesia makin sehat.
“Pupuk kimia masih dibutuhkan namun harganya makin melonjak mahal akibat krisis pangan global dan dampak perang Ukraina Rusia. Kimia mungkin masih dibutuhkan oleh beberapa varietas, tapi kita harus memberikan nutrisi dengan organik”, ujar Mentan SYL.
Mentan SYL juga mendorong Pemerintah Daerah agar bergotong royong mensukseskan Genta Organik guna mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada saat membuka Rapat Koordinasi Pengawalan dan Pendampingan Genta Organik sekaligus Launching Jurnal Suluh Tani dan e Pusluh di Serpong yang dihadiri oleh 78 orang peserta yang berasal dari lokasi Proyek IPDMIP dan SIMURP (02/03).
Dalam sambutannya Kabadan mengatakan bahwa saat ini kita sedang dalam kondisi yang tidak biasa-biasa saja.
“Kita sedang menghadapai krisis pangan global dan komoditas-komoditas tertentu terutama impor harganya melejit tidak karu-karuan. Harga komoditas pangan kita, harganya meroket terutama kedelai. Yang terbaru minyak goreng di pasar internasional harganya naik lebih dari dua kali lipat”, ungkap Dedi.
Ia pun menambahkan, krisis pangan global ditandai dengan harga pangan yang melejit di pasar global. Selain dampak akumulatif dari Covid-19, di saat yang sama climate change mengintai kita. Pelan tapi pasti sudah meluluhlantakan seluruh sendi-sendi kehidupan kita.
Dampak lainnya dari climate change adalah terjadinya el nino, el nina, banjir dimana-mana serta serangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT). Selain juga terjadinya peningkatan kenaikan suhu di permukaan bumi secara signifikan, climate change juga mengakibatkan peningkatkan virus, kemarau berkepanjangan mengakibatkan penurunan produktivitas di sentra-sentra dunia menurun.
“Perang Ukraina dan Rusia juga berdampak sangat signifikan. Kenaikan-kenaikan harga pangan global diikuti pula dengan kenaikan harga-harga sarana prasarana produksi pertanian termasuk pupuk dan pestisida. Semua naik secara signifikan, karena biaya produksinya naik”, jelas Kabadan Dedi lagi.
Dedi pun memberikan solusi di saat harga pupuk mahal, petani tetal harus meningkatkan produktivitas. Selama masih ada hiruk pikuk kehidupan maka pangan diperlukan. Pangan dan pertanian tidak boleh bersoal dan solusi dari semua permasalahan di atas dapat diatasi dengan program Genta Organik. Genta organik adalah solusi disaat pupuk mahal dan pestisida mahal pungkasnya, pungkasnya.
Sebagai informasi BPPSDMP melalui Pusat Penyuluhan Pertanian di saat yang bersamaan juga melauncing Jurnal Suluh Tani dan e Pusluh. Jurnal Suluh Tani adalah media informoasi ilmiah untuk menyebarluaskan hasil penelitian, pengkajian dan review artikel ilmiah di bidang pertanian. Sedangkan dan e Pusluh adalah alat untuk monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan penyuluhan pertanian melalui Dana Dekonsentrasi dengan menggunakan aplikasi berbasis website. (NF)
9 Komentar