Sistem Pembayaran Digital Antar Negara Topik Hangat di Pertemuan G20

JAKARTA – Sistem pembayaran digital antar negara menjadi topik hangat yang dibahas dalam pertemuan G20. Pandemi Covid-19 menjadi motivasi negara-negara G20 untuk mempercepat pengadaan sistem pembayaran digital lintas negara.

Pengembangan pembayaran antar negara atau cross border fast payment, open API (application payment interface) serta quick response (QR) code menjadi sebuah keharusan di era digitalisasi saat ini.

Bacaan Lainnya

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengharapkan tercipta kesetaraan dalam sistem pembayaran digital antarnegara ini sehingga bisa memulihkan ekonomi global yang sempat terpapar pandemi.

Baca Juga  Dorong Percepatan Ekonomi Warga, Yusran Akbar Bantu Perbaikan JUT di Wawonggole

Jika ke depan sistem ini bisa dipergunakan antarnegara anggota G20 Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira optimistis Indonesia akan diuntungkan ketika penggunaan QRIS sudah semakin meluas.

Misalnya jika dipakai se-kawasan Asia Tenggara saja ia yakin akan semakin mendorong volume transaksi, yang pada akhirnya bisa mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional dan kawasan

Pada forum ini Indonesia sudah menyodorkan sistem pembayaran digital yang kini tengah dikembangkan lebih lanjut.

Diharapkan sistem pembayaran digital tersebut bisa menjadi contoh dalam mengembangkan keamanan sistem pembayaran digital secara global baik bagi anggota G20 maupun non G20.

Adapun pengembangan sistem pembayaran digital yang tengah dikembangkan BI terangkum dalam cetak biru atau Blueprint Sistem pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.

Dalam cetak biru sistem pembayaran tersebut BI mencanangkan lima visi; Pertama, integrasi ekonomi keuangan digital; Kedua, mendukung digitalisasi perbankan; Ketiga, memastikan keterhubungan antara teknologi finansial dan bank; Keempat, memastikan keharmonisan antara inovasi dan risiko dari sistem pembayaran; Kelima pada akhirnya sistem pembayaran bisa membuat terciptanya ekonomi keuangan digital secara nasional.

Baca Juga  Berhasil Dorong Digitalisasi Pertanian Lewat Program Petani Milenial, Negara G20 Apresiasi Kementan

Karena itulah BI pun memberikan dua inisiatif terhadap persoalan digital keuangan di ajang G20.

Pertama, konsolidasi dan akselerasi industri sistem pembayaran. Kedua, pengembangan infrastruktur sistem pembayaran sesuai 3I (integrated, interoperable, dan interconnected).

Khusus untuk pengembangan sistem pembayaran ini, BI sudah mempunyai QRIS, BI Fast serta SNAP (Standar Nasional Open API Pembayaran).

Untuk QRIS, catatan BI, saat ini QRIS yang banyak dipakai UMKM mencapai 15 juta pengguna di Indonesia. Dan tahun ini BI menargetkan ada tambahan 12 juta pengguna baru.

QRIS saat ini sudah bisa dipergunakan untuk pembayaran lintas negara (cros border). Saat ini setidaknya sudah bisa dipakai di negara Malaysia dan Thailand.

Baca Juga  Apa itu Big Data? Berikut Pengertian dan Ramalan Teknologi Kedepannya

Saat ini pemerintah terus memperbaiki permasalahan seperti infrastruktur, edukasi dan sosialisasi untuk meyakinkan negara-negara lain agar mau menggunakan sistem pembayaran serupa.

Selain itu Indonesia juga meningkatkan stabilitas jaringan internet sebab menjadi kunci utama agar adopsi QRIS ataupun sistem pembayaran lintas negara bisa berjalan efektif.

Demi menerapkan sistem ini, negara G20 perlu menimbang penguatan jaringan infrasrtruktur digital bersama-sama yang setara antarnegara serta kesepakatan perlindungan data penggunanya.

Dengan membangun sistem pembayaran digital lintas negara inilah yang bisa efektif untuk mewujudkan pulih dan lebih kuat bersama-sama anggota G20.(SW)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *